Desa Tanjungsiang merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Indonesia. Desa ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan warisan budaya serta perjuangan masyarakatnya. Melalui artikel ini, kita akan menjelajahi jejak-jejak sejarah Desa Tanjungsiang yang memberikan identitas dan keunikan kepada masyarakatnya.
Desa Tanjungsiang memiliki catatan sejarah yang mencakup periode sebelum masa penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan Indonesia. Pada masa lalu, desa ini merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Pagaden, yang kemudian dimekarkan menjadi Kecamatan Pagaden baru pada tahun 1972.
Selama masa penjajahan Belanda, Desa Tanjungsiang menjadi saksi dari perjuangan rakyat dalam melawan penjajah. Banyak tokoh dan pahlawan nasional berasal dari daerah ini yang turut aktif dalam gerakan perlawanan melawan penjajahan. Mereka berjuang untuk mencapai kemerdekaan dan memberikan kontribusi penting dalam perjuangan bangsa.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Desa Tanjungsiang terus berkembang sebagai daerah pedesaan yang memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang subur. Masyarakat desa ini menggantungkan hidup mereka pada sektor pertanian, terutama dalam budidaya tanaman pangan seperti padi, jagung, dan ubi. Selain itu, perkebunan seperti lada, kopi, dan cengkeh juga menjadi mata pencaharian utama bagi penduduk desa.
Desa Tanjungsiang merupakan salah satu Desa yang berada di Kabupaten Subang, tepatnya di daerah Subang Selatan. Desa Tanjungsiang memiliki wilayah 544,65 ha dengan jumlah penduduk 6.829 orang. Wilayah Desa Tanjungsiang berada di dataran tinggi yang dikelilingi hutan, gunung dan hamparan sawah. Pesona alam yang ada di Desa Tanjungsiang seperti Pasir Jambu Kristal dan Curug Ciung Wanara. Selain alam, Desa Tanjungsiang memiliki keanekaragaman dalam bidang kretifitas, setiap tempat memiliki ci khas masing-masing seperti wilayah Cikadu dan Cibeurem terkenal dengan golok. Walaupun sama-sama memproduksi golok, tetapi anatara kedua wilayah tesebut memiliki ciri khasnya masing-masing yang di bedakan dengan dandanan ( fashion). Desa Tanjungsiang pernah memecahkan rekor muri dunia yaitu dengan membuat golok terpanjang se dunia pada tahun 2017 hasil karya para seniman golok. selain golok Desa Tanjungsiang memiliki Dandang/Se'eng (Tanjung), Kasur (Manalangu dan Cikembang) dan masih banyak lagi kreatifitas lainnya terutama dari generasi muda. Desa Tanjungsiang memiliki sejarah sebagai salah satu pusat penyebaran agama islam dan perjuangan sejak jaman penjajahan Belanda yang di tandai dengan adanya Majelis Ilmu Pasirnaan. Adat Istiadat dan Seni Budaya Sunda menjadi bagian dalam aktiifitas sehari-hari masyarakat yang mayoritas petani, pengrajin dan pedagang.
Bedog/Golok Barlen. Siapa sangka golok buatan kampung Cibeureum, Desa Tanjung Siang ini sohor di daerah tetangga seperti Sumedang, Bandung dan Majalengka. Meski kurang dikenal di wilayah Subang sendiri justru di daerah-daerah tersebut golok barlen laris manis. Barlen adalah hiasan berupa lilitan logam tipis pada warangka / sarangka bedog. Selain menjadikan bedog lebih gagah, barlen juga menjadikan golok lebih aman dan sarangka lebih kuat. Selain hiasan barlen, yang menjadikan bedog produksi Cibeureum khas adalah perah / gagang bedog yang terbuat dari tanduk kerbau.
Subang kembali menorehkan rekor dengan menciptakan golok terpanjang di dunia. Golok yang dimaksud adalah Golok Barlen, merupakan golok hasil karya masyarakat Cibereum Tanjungsiang yang tergabung dalam Komunitas Pembuat Golok Barlen.
Golok Barlen sepanjang 13 meter itu pun diarak oleh warga Cibereum Tanjungsiang menuju Museum Subang atau Wisma Karya dengan menggunakan kendaraan truck untuk diserahkan kepada pihak Museum
2. KERAJINAN SEENG/DANGDANG
Desa Tanjungsiang adalah salah satu desa di daerah Subang, Jawa Barat yang sampai saat ini, masyarakatnya masih memproduksi perabot dapur tradisional Sunda dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satu Potensi utama yang dimiliki Desa Tanjungsiang adalah pengrajin Seeng.
Seeng (dandang) adalah suatu tempat untuk memasak nasi yang sudah diaroni. Seeng berbentuk tinggi ramping, bagian dalam berongga seperti silinder, bagian bawah membesar, bagian atas membesar, menyempit di tengah dan alasnya agak cembung. Bahan bakunya ada yang terbuat dari tembaga dan ada pula dari aluminium yang merupakan produksi pabrik. Seeng ini merupakan alat memasak makanan yang paling penting, terutama untuk memenuhi makanan pokok yakni nasi. Oleh sebab itu hampir setiap keluarga masyarakat Sunda memiliki seeng yang digunakan untuk memasak nasi, sekalipun dengan ukuran yang berbeda misalnya ada yang kecil, sedang atau besar. Untuk mendapatkan seeng bisa dibeli dari pedagang keliling atau di pasar.
wistawan yang datang ke Desa Wisata Tanjungsiang akan mendapatkan
Belum ada atraksi