Atraksi budaya Kuda Lumping di Desa Taraju mulai didirikan tahun 1995 oleh seorang kuncen bernama mang Ayo yang merupakan pemerhati dan penggiat budaya Tradisional.
Salah satu keunikan kuda lumping di Desa Taraju adalah penunggang Kuda Lumping harus memenuhi syarat mengingat atraksi ini memerlukan keberanian, mental dan kemampuan yang mempuni, sebelumnya harus menjalani ritual khusus, karena sebelum dan sesudahnya diberikan mantra oleh sesepuh kampung setempat dengan tujuan supaya diselamatkan dari awal sampai akhir atraksi, karena dalam pagelaran tersebut pemeran kuda lumping melakukan hal-hal aneh diluar kebiasaan orang normal seperti, memakan kepala kambing atau domba secara mentah, memakan gabah padi yang keras dan runcing, rumput dan daun-daunan yang lainnya, sehingga si penunggang tersebut seolah-olah sebagai kuda sungguhan yang dimasuki oleh roh-roh leluhur.
Ada hal atau ciri khas yang berbeda di dalam atraksi Kuda Lumping di Desa Taraju yaitu penunggang Kuda Lumping harus bertampang sangar, berambut gondrong dan berperawakan sedang,
Pementasan atraksi Kuda Lumping di Desa Taraju biasanya di laksanakan pada moment-moment tertentu seperti Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan acara-acara sakral, dan biasanya berdurasi 1 Jam, Selama atraksi penunggang Kuda Lumping yang sudah dirasuki roh halus (kesurupan) sebangsa Jin, masyarakat lokal menyebutnya "Jurig Jarian", hal ini terlihat dari pergerakannya yang liar, dengan pandangan mata yang tajam dan beringas seolah-olah ingin menerkam segala sesuatu yang ada di depannya.
Untuk membatasi pergerakan penunggang Kuda Lumping yang sudah tidak terkendali, maka penunggang Kuda Lumping itu dikelilingi oleh pagar gaib dan pasukan khusus yang membawa bambu kuning.
Selain pasukan khusus yang membawa bambu kuning ada juga pasukan yang membawa makanan seperti layaknya makanan Kuda untuk mengantisipasi bringasnya penunggang Kuda Lumping, dan juga didampingi oleh seorang pawang bersenjatakan cambuk yang terbuat dari bahan khusus dan sudah dikasih mantra khusus.
Di akhir atraksi penunggang Kuda Lumping semakin tidak terkendali dan suasana semakin panik, maka sang pawang mulai menghampiri penunggang Kuda Lumping dan mencambuknya kemudian disembur dengan air yang sudah dikasih mantra, sehingga pergerakannya tidak terlalu liar lalu sang pawang memiting leher penunggang untuk mengeluarkan pengaruh Jin (Jurig Jarian) dan dibantu oleh pasukan bambu kuning sampai sang penunggang terkulai lemas dan sadar kembali.